Kelompok 3
Kelas : 4EB22
Dosen :
Dini Andriani
v Permasalahan Ekonomi Di Indonesia
Permasalahan
ekonomi yang terjadi di suatu negara dapat memperlambat laju pertumbuhan
ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi dapat menghambat terwujudnya dan
kesejahteraan masyarakat. Ekonomi di Indonesia sangatlah tidak stabil, yang
berarti ekonomi di Indonesia sering naik turun. Tidak stabil bisa dikarenakan
oleh banyak hal, contohnya saja karena adanya bencana alam, kekeringan, gunung
meletus, kerusuhan, boikot, dan penyakit yang sering terjadi pada hewan ternak.
Faktor luar juga sangat mempengaruhi ekonomi di Indonesia, contohnya naiknya
harga minyak dunia.
Permasalahan ekonomi tidak hanya meliputi
masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga, monopoli dan eksternalitas yang
memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan ekonomi juga terjadi dalam
lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan pemerintah. Permasalahan
ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara sebenarnya tidak hanya sebatas
itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan terhadap impor dan utang
luar negeri merupakan beberapa masalah pemerintah dalam bidang ekonomi makro.
Salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu
indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara
tersebut.
Pertumbuhan
ekonomi dapat dilihat melalui tingkat produksi barang dan jasa yang dapat
dihasilkan selama satu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang
seperti Indonesia sering terkendala masalah modal dan investasi. Indonesia
masih bergantung pada modal dari investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan
ekonominya. Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak
dunia. Kenaikan harga minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah.
Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi
minyak. Kenaikan harga minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik.
Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan
kegiatan ekonomi masyarakat.
v Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor
penting yang dianggap berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi
suatu Negara diantaranya, tanah dan kekayaan alam, kualitas tenaga kerja dan
penduduk, barang modal dan teknologi, serta sistem dan sikap masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi menjelaskan perkembangan ekonomi, kemajuan ekonomi, kesejahteraan
ekonomi, dan perubahan fundamental ekonomi suatu negara dalam jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi merupakan pertambahan pendapatan nasional agregatif atau
pertambahan output serta merepresentasikan adanya peningkatan kapitas produksi
barang dan jasa secara fisik dalam kurun waktu tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah:
1. Tanah
dan kekayaan alam
2. Mutu
tenaga kerja dan penduduk
3. Barang
modal dan tingkat teknologi
4. Sistem
sosial dan sikap masyarakat
v Penyebab
Pertumbuhan Ekonomi Meleset dari Target
Komponen
penyumbang ekonomi kuartal 1 yang hanya tumbuh 47 persen ialah belanja
pemerintah yang belum maksimal rendahnya tingkat konsumsi masyarakat dan
pelemahan kinerja ekspor impor. Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan
ekonomi kuartal 1 2015 hanya 4,7 persen, masih jauh untuk menggapai target yang
tercantum dalam APBN-P sebesar 5,7 persen sepanjang tahun ini. Di antara
penyebabnya adalah rendahnya pertumbuhan konsumsi masyarakat, kinerja
ekspor-impor yang buruk, dan belanja pemerintah yang terhambat. Belanja pemerintah
terutama yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur belum
sepenuhnya bisa digunakan. Penyebabnya, terdapat revisi APBN-P di
akhir 2014 dan perubahan nomenklatur beberapa kementerian yang belum
selesai. Contohnya seperti yang dialami oleh kementerian PU-Pera.
Kementerian
ini memiliki alokasi anggaran terbesar dalam APBN-P 2015
yaitu Rp 119 triliun. Namun, hingga kuartal 1 2015 hanya
terealisasi 1,7%, setara Rp 2,02 triliun. Komponen lain yang
menyebabkan perlambatan ekonomi ialah rendahnya tingkat konsumsi
masyarakat. Kondisi ini merupakan efek domino dari perubahan harga
bahan bakar minyak. Sehingga menyebabkan harga terdaftar
seperti tarif listrik dan LPG yang tidak stabil. Selain itu, tingkat konsumsi melemah juga disebabkan oleh distribusi pasokan barang yang tidak merata. Sebab lainya, kinerja
ekspor-impor yang melambat. Sekilas kinerja terlihat baik sebab terjadi surplus
Rp 2,6 triliun. Namun, angka ini tidak berasal dari kinerja ekspor yang
menguat, melainkan penurunan impor hingga 17,8 persen dibanding periode sama
tahun lalu. Dimana penurunan terbesar disumbang oleh impor bahan baku (-16%)
dan barang modal (-10%).
ARTIKEL
Di
Balik Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Senin, 11 Mei 2015, 15:00 WIB
Pertumbuhan
ekonomi triwulan I 2015 tercatat 4,71 persen (year on year/yoy), menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya, 5,02 persen (yoy). Melemahnya ini sejalan dengan
berbagai indikator yang memang melemah dalam beberapa bulan terakhir. Pelemahan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 terutama didorong melemahnya kinerja
konsumsi pemerintah dan investasi. Pelemahan pada konsumsi pemerintah
terjadi akibat belum optimalnya penyerapan belanja. Pada investasi, pelemahan
diakibatkan masih adanya sikap wait and
see sektor swasta dan belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Anggaran
belanja infrastruktur pada 2015 sebesar Rp 290 triliun baru dibelanjakan hanya
sekitar Rp 7 triliun.
Di
sisi eksternal, kinerja ekspor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan dan turunnya
harga komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami penurunan
cukup dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan domestik. Sejumlah
pejabat resmi (pemerintah dan otoritas moneter) menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi akan mulai meningkat pada triwulan II 2015. Penyebabnya, pengeluaran
pemerintah, terutama belanja modal pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur,
diperkirakan meningkat mulai triwulan II 2015 dan seterusnya. Namun, saya
melihat bahwa risiko tidak tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen
masih sangat besar. Mengapa ? Analisis berikut akan menjelaskannya.
***
Pada
15 April lalu, IMF kembali merilis proyeksi ekonomi dunia. Dalam outlook-nya,
IMF memproyeksikan ekonomi dunia 2015 akan tumbuh 3,5 persen, tidak berubah
dibanding proyeksi yang dibuat pada Januari 2015. Faktor harga minyak dan nilai
tukar masih akan tetap menentukan perkembangan ekonomi Indonesia ke depan.
Dalam outlook-nya, IMF masih memproyeksikan pada 2015 ini ekonomi Indonesia
tumbuh 5,2 persen tidak berubah dibanding outlook-nya pada Januari lalu. Namun,
dalam outlook-nya, IMF menuntut agar Indonesia memperkuat kredibilitas
kebijakan makro ekonomi dan makroprudensialnya agar mampu mengendalikan
pergerakan nilai tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar
rupiah memang cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional.
Turunnya
harga minyak turut membantu neraca perdagangan Indonesia. Kinerja neraca
perdagangan Indonesia Januari-Maret 2015 mencatatkan surplus 2,43 miliar dolar
AS, meningkat 129 persen dibanding periode yang sama 2014 yang surplus sebesar
1,06 miliar dolar AS. Peningkatan kinerja neraca perdagangan ini terutama
berasal dari menurunnya impor migas dari sebesar 11,0 miliar dolar AS pada
periode Januari-Maret 2014 menjadi sebesar 6,1 miliar dolar AS. Tidak dapat
dielakkan bahwa rendahnya harga minyak berada di balik turunnya impor migas
tersebut. Sayangnya, pelemahan nilai tukar rupiah tidak cukup membantu
memperbaiki kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Ekspor
Indonesia Januari-Maret 2015 mencapai 39,13 miliar dolar AS, turun dibanding
periode yang sama 2014 yang mencapai 44,29 miliar dolar AS. Secara normatif,
pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya meningkatkan ekspor. Namun yang
terjadi, pelemahan rupiah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena
permintaan yang berkurang dan harganya jatuh. Akibatnya, pengaruh positif dari
pelemahan rupiah ini tidak terlalu kuat dibanding dengan turunnya permintaan
dan jatuhnya harga.
Secara
mikro dampak pelemahan nilai tukar rupiah dan harga minyak ini juga sudah
terlihat. Beberapa perusahaan (terutama BUMN) yang bergerak di sektor energi
sangat tertekan kinerjanya. Turunnya harga minyak (termasuk gas dan batu bara)
telah menyebabkan kinerja ekspor dan penjualan mereka tertekan. Di sisi lain,
pelemahan nilai tukar rupiah telah menyebabkan mereka mengalami kerugian
signifikan akibat selisih kurs.
Berbagai
kondisi inilah yang menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015
tidak akan mencapai seperti ekspektasi pemerintah. Terlebih lagi, perekonomian
kita masih menghadapi masalah struktural yang belum kunjung terpecahkan. Joseph
E Stiglitz, pemenang Nobel ekonomi belum lama ini, mengatakan, "You will have stronger growth if you reduce
inequality". Itu artinya, dengan tingkat rasio ketimpangan (Gini
ratio) sebesar 0,41 (terburuk sejak Indonesia merdeka), memang sulit kita
berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tinggi.
v Menurut
kelompok kami mengenai artikel dengan topik rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia hasilnya adalah
Pelemahan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 terutama didorong melemahnya kinerja
konsumsi pemerintah dan investasi. Pelemahan pada konsumsi pemerintah
terjadi akibat belum optimalnya penyerapan belanja. Pada investasi, pelemahan
diakibatkan masih adanya sikap wait and
see sektor swasta dan belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Di sisi
eksternal, kinerja ekspor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan dan
turunnya harga komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami
penurunan cukup dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan
domestik. Turunnya harga minyak (termasuk gas dan batu bara) telah menyebabkan
kinerja ekspor dan penjualan mereka tertekan. Di sisi lain, pelemahan nilai
tukar rupiah telah menyebabkan mereka mengalami kerugian signifikan akibat
selisih kurs. Berbagai kondisi inilah yang menyebabkan outlook pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2015 tidak akan mencapai seperti ekspektasi pemerintah. Cara
mengatasi masalah pertumbuhan & pembangunan ekonomi di indonesia:
- Meningkatkan mutu pendidikan yang layak kepada masyarakat
- Pemberantasan Korupsi
- Membuka usaha mandiri
- Mengatasi pengangguran
Kesimpulannya bahwa Indonesia harus memperkuat kredibilitas kebijakan makro ekonomi dan makro prudensialnya agar mampu mengendalikan pergerakan nilai tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar rupiah cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional serta turunnya harga minyak turut membantu neraca perdagangan Indonesia.
Referensi :