PENGANTAR
BISNIS
TULISAN : 3. Inilah Para Jawara Bisnis Resto Cepat
Saji
KELAS : 1EB21
NAMA
|
NPM
|
AQLI AULIAWATI
|
21212022
|
FIKRIA ADDINA
|
22212950
|
INTAN RISMAR MASYITOH
|
23212754
|
PUTRI ARISTYA DEVI
|
25212756
|
RESTI JENITA
|
26212147
|
PENDAHULUAN
Bisnis
makanan merupakan salah satu bisnis yang banyak diminati oleh masyarakat,
karena selain menghasilkan keuntungan yang tinggi, makanan juga menjadi
kebutuhan pokok bagi setiap orang. Jadi, dimanapun, kapanpun, masyarakat akan
membutuhkan makanan sebagai sumber pokok kehidupan. Hal ini juga didukung dari
kebiasaan masyarakat terutama di perkotaan yang memiliki gaya hidup makan di
luar rumah. Industri
makanan dan minuman juga termasuk bisnis yang tahan terhadap krisis yang
melanda Negara Indonesia. Di saat industri nasional sedang tertekan akibat
dampak krisis global, industri makanan dan
minuman masih mampu membukukan pertumbuhan.
Dick
dan Basu (1994) menyatakan bahwa kunci keungggulan bersaing dalam situasi yang
penuh persaingan adalah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan loyalitas
pelanggan. Loyalitas pelanggan akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam
jangka pendek tetapi keunggulan bersaing
yang berkelanjutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa loyalitas pelanggan
memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan, mempertahankan pelanggan
berarti meningkatkan kinerja keuangan dan mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan karena perusahaan mendapatkan pendapatan dari pelanggan yang loyal
ini tanpa harus melakukan promosi terlebih dahulu. Hal ini menjadi alas an
utama bagi sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan loyalitas pelanggan.
Salah
satu strategi yang dapat digunakan oleh pihak pengelola adalah dengan
menciptakan image restoran yang baik. Pelanggan yang mengunjungi restoran tentu
memiliki kesan tersendiri terhadap restoran tersebut. Setiap restoran berusaha
untuk menciptakan image yang baik di mata pelanggan, karena image yang dimiliki
pelanggan terhadap restoran pada akhirnya akan menimbulkan penilaian akan keberadaan
restoran yang dikunjunginya. Pelanggan akan menilai apakah restoran yang
dikunjungi mampu menciptakan image yang positif atau cenderung memiliki image
yang negatif. Image
yang positif akan memberikan kesan yang baik bagi pelanggan sehingga memungkinkan
pelanggan untuk melakukan pembelian ulang di resto tersebut. Sebaliknya
penjualan yang ada di restoran akan jatuh atau mengalami kerugian jika citranya
dipandang negatif oleh pelanggan.
ISI
3.
Inilah
Para Jawara Bisnis Resto Cepat Saji
Setelah sukses menggelar
program delivery service Suzuki-McDonald’s Call to Win, PT Suzuki Indomobil
Sales (agen tunggal pemegang merek Suzuki) dan PT Rekso Nasional Food (pemegang
waralaba resto cepat saji McDonald’s Indonesia) kembali menyelenggarakan
Suzuki-McDonald’s Order at Drive Thru’ and Win yang berlaku secara nasional.
Sama seperti sebelumnya,
program yang dilangsungkan mulai dari tanggal 1 Maret 2012 hingga 30 April 2012
di ratusan gerai McDonald’s Indonesia itu, diklaim berhasil mendulang sukses
seperti yang diharapkan. Dan, pada tanggal 22 Mei
lalu, berlokasi di restoran McDonald’s Kemang, program promosi itu pun ditutup
secara resmi lewat pemberian hadiah utama kepada pemenang berupa 1 unit mobil
Suzuki Splash.
Dengan jaringan yang
tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia, gerai McDonald’s Indonesia
memang pilihan yang tepat untuk menghampiri sekaligus menggarap potential customer. Itu
sebabnya, aktifitas serupa kemungkinan besar akan dilaksanakan di kemudian
hari. Baik Suzuki Indomobil Sales maupun Rekso Nasional Food tampaknya bisa
memetik hasil yang lumayan via kerjasama di atas.
Jika menoleh sebentar ke
belakang, tanggal 3 Juni 2009 adalah hari bersejarah bagi Rekso Nasional Food.
Pada tanggal itu, anak usaha Grup Rekso ini sah menjadi pemegang hak
kepemilikan waralaba McDonald’s Indonesia yang sebelumnya digenggam oleh
Bambang Rachmadi via PT Bina Nusa Rama.
Melalui Master Franchise
Agreement dengan McDonald’s International Property Company -pemilik McDonald's-
Rekso Nasional Food pun punya otoritas membuka gerai baru McDonald's di seluruh
Indonesia. Karena itu, di akhir tahun 2009, Rekso Nasional Food membuka gerai
pertamanya di Kebo Iwa, Bali, sekaligus pada saat yang sama mencetak rekor MURI
dengan menampilkan 1008 penari.
Masih di bulan yang sama
(Desember 2009), Rekso Nasional Food memulai maraton remodeling store.
Hasilnya, kurang lebih 45 gerai McDonald’s Indonesia sukses direnovasi. Tahun
lalu, Rekso Nasional Food menargetkan pertumbuhan gerainya sebanyak 10 hingga
15 persen. Adapun hingga akhir Maret silam, tak kurang dari 124 gerai
McDonald's Indonesia telah beroperasi. Dari jumlah itu, kurang lebih 50 gerai
menyediakan layanan drive
thru.
Dalam satu kesempatan ke
media, Michael Hartono, Direktur Pemasaran dan Komunikasi Rekso Nasional Food,
pernah berkata bahwa hampir sebagian besar gerai McDonald's Indonesia
dikunjungi 4 hingga 5 ribu orang per hari.
Artinya, uang yang mengalir
ke Rekso Nasional Food lebih dari lumayan. Apalagi sewaktu strategi sinergi
bisnis mulai diterapkan, yaitu menjadikan Teh Botol Sosro sebagai minuman
"wajib" di semua gerai McDonalds Indonesia yang dikelolanya. Duit
yang mengalir ke kantong Rekso Nasional Food pun dipastikan semakin membanjir
dari bisnis resto cepat saji.
Rekso Nasional Food adalah
bagian tak terpisahkan dari Sosro Group yang merupakan pionir minuman teh botol
siap saji pertama di Indonesia, bahkan di dunia. Persisnya, pada tanggal 27
November 1997, Sosro Group mulai mengibarkan bendera PT Anggada Putra Rekso
Mulia. Perusahaan yang belakangan lebih populer dengan label Grup Rekso itu
dihela sebagai sarana untuk pengembangan lini bisnis baru.
Jika menilik tren gaya hidup
saat ini, bisnis resto cepat saji memang sangat menggiurkan. Walau tak ada data
akurat perihal besaran nilai bisnis yang satu ini, minimal dari total
pendapatan yang berhasil diraup oleh masing-masing pebisnis dapat dilihat
betapa uang seolah tiada berhenti mengalir.
Ambil contoh gerai Burger
King yang dikelola oleh PT Sari Burger Indonesia, anak usaha PT Mitra
Adiperkasa Tbk. Dua tahun silam, hingga kuartal ketiga, Sari Burger Indonesia
sudah mampu membukukan pendapatan sebanyak Rp 130,81 miliar. Angka ini naik
cukup signifikan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu
senilai Rp 101,52 miliar.
Lantas, di awal Juni 2012,
gerai Burger King menambahkan menu baru berupa nasi plus ayam. Selain ingin
memberikan beragam pilihan kepada pelanggannya, menu baru itu pun diposisikan
sebagai pemicu peningkatan penjualan. Kelak, menu nasi dan ayam akan jadi menu
wajib di semua gerai. Ditopang modal besar dari sang induk, Sari
Burger Indonesia pun berkeinginan untuk menambah 10 hingga 15 gerai baru
sepanjang tahun ini. Bila niat itu terealisasi maka jumlah gerai Burger King
akan mencapai minimal 39 gerai hingga akhir tahun 2012.
Selain McDonald's dan Burger
King, bisnis resto cepat saji juga riuh dengan kehadiran gerai Kentucky Fried
Chicken yang diusung PT Fast Food Indonesia Tbk. Bermodalkan dana sebanyak Rp
300 miliar, Fast Food Indonesia berencana akan mengoperasikan 20 sampai 30
gerai baru pada tahun ini. Hal ini tak lepas dari
kinerja cemerlang gerai-gerai Kentucky Fried Chicken mulai dari Januari hingga
Mei silam. Dalam kurun waktu itu, kurang lebih 430 gerai Kentucky Fried Chicken
yang tersebar di 95 kota di seluruh Indonesia, berhasil membukukan penjualan
sebanyak Rp 1,45 triliun.
Menurut Justinus D. Juwono,
Direktur Fast Food Indonesia, pihaknya bahkan memproyeksikan penjualan
sepanjang tahun ini bakal bisa tumbuh sebesar 15 persen hingga menjadi Rp 3,81
triliun. Sementara di saat yang sama, laba bersih yang bakal diraup
diperkirakan akan dapat diperoleh sebesar 7 sampai 8 persen dari total
penjualan.
Sedangkan, PT Pioneerindo
Gourmet International Tbk. yang mengelola resto cepat saji dengan merek dagang
California Fried Chicken (plus gerai Cal Donat dan Sapo Oriental) menargetkan
pendapatan usahanya bisa tumbuh menjadi Rp 350 miliar pada tahun ini.
Lebih dari itu, Pioneerindo
Gourmet International pun berancang-ancang untuk membuka 25 gerai baru
melengkapi 220 gerai yang sudah beroperasi sampai saat ini.
Bagaimana dengan gerai
Wendy's? Kalau dilihat dari jumlah gerai yang telah dikelola, langkah PT Wendy
Citarasa -pemegang lisensi gerai Wendy's- tampak "kurang lincah".
Pasalnya, sampai akhir tahun lalu, Wendy Citarasa baru memiliki sekitar 30
gerai di seluruh Indonesia.
Namun, ada berita yang
muncul belakangan yang lumayan "menghebohkan". CT Corp yang
dikendalikan oleh konglomerat Chairul Tanjung dikabarkan sedang mengincar hak
kepemilikan waralaba wendy's di Indonesia. Sayang, kabar itu belum terang
benderang hingga sekarang. Di Amerika Serikat, resto
cepat saji Wendy’s mampu menorehkan prestasi menggembirakan. Per Maret 2012,
Wendy’s berhasil membukukan laba tahunan 2011 lebih besar ketimbang Burger
King. Adapun pemuncak masih tetap digenggam oleh McDonald's.
Di tengah ramainya resto
cepat saji berlisensi saat ini, PT Eka Bogainti mencoba "menulis"
catatan perjalanan bisnisnya sendiri. Bermula pada tanggal 18 April 1985 di
kawasan Kebun Kacang, Jakarta, Eka Bogainti merilis resto cepat saji berlabel
Hoka Hoka Bento untuk pertama kali. Dan, dalam tempo kurang
lebih 27 tahun, Eka Bogainti telah mengelola kurang lebih 100 gerai Hoka Hoka
Bento yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Jika topik
pembicaraan berada dalam konteks Japanese Fast Food, maka Hoka Hoka Bento-lah
yang akan keluar sebagai resto dengan konsep Japanese Fast Food yang terbesar
di Indonesia.
PENUTUP
Kesimpulan :
Ø Setelah sukses dengan program delivery service
Suzuki-Mc.Donalds call, Mc.Donalds berhasil mendulang di berbagai gerai melalui
bantuan jaringan yang tersebar di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Dengan
salah satu upaya tersebut, hingga saat ini resto cepat saji seperti KFC,
Mc.Donalds dan Hoka-Hoka Bento mencapai ratusan unit gerai di Indonesia.
Daftar Pustaka :
1. Sabtu, 24 November 2012, Pukul 15:10
2. Sabtu,
3 November 2012, Pukul 21:16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar