Judul : Etika Sebagai Tinjauan dan Perilaku Etika dalam Bisnis
Oleh : Intan Rismar Masyitoh
Dosen : Early Armein Thahar, SE, MM
Mata
Kuliah : Etika
Profesi Akuntansi
Kelas : 4EB22
1.
Etika
Sebagai Tinjauan
a. Pengertian
Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan
lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh
kembangnya etika di masyarakat kita.
Etika
membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik
buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. Etika dari bahasa
Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral
dari kata mores yang berarti cara hidup atau adat. Perbedaan antara etika
dan moral, yaitu etika adalah pengkajian secara mendalam tentang sistem nilai
yang ada, sedangkan moral lebih tertuju pada suatu tindakan atau perbuatan yang
sedang dinilai, bisa juga berarti sistem ajaran tentang nilai baik buruk. Etika
melibatkan analisis kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu
nilai benar dan salah dari segi kebenaran dan keadilan. Jadi ukuran yang
dipergunakan adalah norma, agama, nilai positif.
Secara
umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1. Etika
Deskriptif
Etika deskriptif adalah
etika yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan
masalah baik-buruk tindakan manusia dalam hidup bersama.
2. Etika
Normatif
Etika normatif adalah suatu
kajian terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu
mengajukan alasan rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal
itu sebagai suatu keharusan.
b. Prinsip-prinsip
Etika
Terdapat enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu
keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran.
1.
Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya.
2.
Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini
melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3.
Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat
kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya
berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih
sayang, membantu orang lain, dan sebagainya.
4.
Prinsip Keadilan
Pengertian keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu,
prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional.
5.
Prinsip Kebebasan
Kebebasan dapat diartikan sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau
tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan
hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak
orang lain.
6.
Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan
yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat
dibuktikan dan ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan
masyarakat.
c. Basis
Teori Etika
1.
Teori Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu telos. Menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan atau tindakan
diperoleh dengan dicapainya tujuan dari perbuatan itu sendiri. Ada dua macam
aliran dalam teori teleologi ini yaitu: utilitarisme dan egoisme, pengertiannya
dibahas berikutnya.
2. Teori
Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, deon yang
berarti kewajiban. Yaitu kewajiban manusia untuk selalu bertindak baik. Suatu
tindakan dikatakan baik dan bermoral karena tindakan tersebut dilaksanakan
berdasarkan kewajiban yang harus dilaksanakan bukan pada tujuan atau akibat
dari tindakan tersebut.
3.
Teori Hak
Teori Hak merupakan suatu
aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak
dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat
cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
4.
Teori Keutamaan (Virtue)
Teori Keutamaan adalah
memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu
perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang
telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk
bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan : kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras,
dan hidup yang baik.
d. Egoism
Egoism merupakan suatu bentuk ketidak adilan kepada
orang lain. Inti dari pandangan egoism adalah tindakan dari setiap orang pada
dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi untuk memajukan dirinya
sendiri. Hal seperti ini juga dapat dijadikan satu tujuan dari tindakan moral
setiap manusia. Egoism ini baru menjadi persoalan serius ketika seseorang
cenderung menjadi hedoistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi
diterjemahkan semata – mata sebagai kenikmatan fisik yang bersifat vulgar.
Egoism tidak cocok dengan kegiatan manusia sebagai makhluk
sosial. Egoism tidak mampu memecahkan masalah ketika perselisihan muncul. Jadi, setelah mengetahui apa itu etika, prinsip dan
basis teori dapat disimpulkan bahwa etika merupakan suatu aturan dalam
pergaulan manusia yang menegaskan mana perilaku yang baik dan buruk. Etika
juga merupakan norma atau aturan yang tentunya didasarkan pada suatu prinsip.
2. Perilaku Etika Dalam Bisnis
a. Lingkungan
Bisnis yang Mempengaruhi Etika
Tujuan dari sebuah bisnis adalah untuk
tumbuh dan menghasilkan uang. Perilaku karyawan, bagaimanpun dapat dipengaruhi
oleh faktor eksternal diluar bisnis. Pemilik usaha kecil perlu menyadari
faktor-faktor dan untuk melihat perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal
masalah. Berikut adalah faktor-faktor bisnis yang mempengaruhi etika:
1. Budaya
Organisasi
Keseluruhan budaya perusahaan dampak
bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan kerja, pelanggan dan pemasok.
Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi mencakup sikap manajemen
terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan pemberdayaan yang
diberikan kepada karyawan.
2. Ekonomi
Lokal
Melihat seorang karyawan dari
pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat. Jika pekerjaan yang
banyak, karyawan secara
keseluruhan lebih bahagia dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Disisi
lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran yang tinggi, karyawan dapat menjadi
takut dan cemas tentang memegang pekerjaan mereka. Kecemasan ini mengarah pada
kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam penilaian.
3. Reputasi
Perusahaan dalam Komunitas
Persepsi karyawan tentang bagaimana
perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat mempengaruhi perilaku.
Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya dianggap curang atau murah,
tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai harapan.
Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak
goodwill, karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena
pelanggan dan pemasok berharap bahwa dari mereka.
b. Kesaling
Ketergantungan antara Bisnis dan Masyarakat
Pada kenyataan yang ada pada saat ini, masih
banyak dari masyarakat yang belum mengenali apa itu etika dalam berbisnis
bahkan sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa berbisnis tidak perlu
menggunakan etika, karena urusan etika hanya berlaku di masyarakat yang
memiliki kultur budaya yang kuat. Ataupun etika hanya menjadi wilayah pribadi
seseorang. Tetapi pada kenyataannya etika tetap saja masih berlaku dan banyak
diterapkan di masyarakat itu sendiri. Bagaimana dengan di lingkungan perusahaan
?
Perusahaan juga sebuah organisasi yang memiliki struktur
yang cukup jelas dalam pengelolaannya. Ada banyak interaksi antar pribadi
maupun institusi yang terlibat di dalamnya. Dengan begitu kecenderungan untuk
terjadinya konflik dan terbukanya penyelewengan sangat mungkin terjadi. Baik
dalam tataran manajemen ataupun personal dalam setiap team maupun hubungan
perusahaan dengan lingkungan sekitar. Untuk itu etika diperlukan sebagai
kontrol akan kebijakan, demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu kewajiban perusahaan
adalah mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.
Terdapat dua pandangan tanggung jawab sosial, yaitu :
1. Pandangan
klasik
Pandangan ini menyatakan bahwa tanggung
jawab sosial manajemen hanyalah memaksimalkan laba. Pada pandangan ini manajer mempunyai
kewajiban menjalankan bisnis sesuai dengan kepentingan terbesar pemilik saham
karena kepentingan pemilik saham adalah tujuan utama perusahaan.
2. Pandangan
sosial ekonomi
Pandangan ini menyatakan bahwa tanggung
jawab sosial manajemen bukan sekedar menghasilkan laba, tetapi juga mencakup
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Pandangan ini juga
berpendapat bahwa perusahaan bukan intitas independent yang bertanggung jawab
hanya terhadap pemegang saham, tetapi juga terhadap masyarakat.
c. Kepedulian Pelaku Bisnis terhadap Etika
Etika di dalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok
yang terkait lainnya. Hal ini diperlukan karena hubungan yang ada tidak hanya
menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan
secara emosional. Agar etika bisnis dapat berjalan dengan baik, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah:
1. Pengendalian
diri
2. Pengembangan
tanggung jawab sosial (social
responsibility)
3. Mempertahankan
jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan
persaingan yang sehat
5. Menerapkan
konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari
sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
7. Mampu
menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan
sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah
9. Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuh
kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
d. Perkembangan
dalam Etika Bisnis
Etika untuk bisnis dapat dikatakan
seumur dengan bisnis itu sendiri. Perbuatan-perbuatan yang selama ini sering
ada dalam dunia bisnis sendiri, selalu berkaitan dengan etika, seperti
mengurangi timbangan atau takaran, menipu dalam bisnis merupakan contoh-contoh
kongkrit adanya hubungan antara etika dan bisnis. Namun demikian bila menyimak
etika bisnis seperti dikaji dan dipraktekan sekarang, tidak bisa disangkal
bahwa terdapat fenomena baru dimana etika bisnis mendapat perhatian yang besar
dan intensif sampai menjadi status sebagai bidang kajian ilmiah yang berdiri
sendiri.
Masa etika bisnis menjadi fenomena
global pada tahun 1990-an, etika bisnis telah menjadi fenomena global dan telah
bersifat nasional, internasional dan global seperti bisnis itu sendiri. Etika
bisnis telah hadir di Amerika Latin , ASIA, Eropa Timur dan kawasan dunia
lainnya. Di Jepang yang aktif melakukan kajian etika bisnis adalah Institute Of Moralogy pada Universitas Reitaku di
Kashiwa-Shi. Di Indonesia
sendiri pada beberapa
perguruan tinggi terutama pada program pascasarjana telah diajarkan mata kuliah
etika bisnis. Selain itu
bermunculan pula organisasi-organisasi yang melakukan pengkajian khusus tentang
etika bisnis misalnya lembaga studi dan pengembangan etika usaha indonesia
(LSPEU Indonesia) di jakarta.
e. Etika Bisnis dalam Akuntansi
Dalam menjalankan profesinya seorang
akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik
Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan
etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk
berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat.
Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai
laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa
yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana
yang diatur dalam kode etik profesi.
Akuntansi sebagai profesi memiliki
kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi
yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga
kewajiban yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron,
xerok, merck, vivendi universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah
membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis. Tanpa etika di dalam
bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui
bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah
memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan
tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang
menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan
etika.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno dan Ardana, I Centik (2011), Etika Bisnis dan
Profesi-Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Penerbit: Salemba Empat
Jakarta.
Dr. H. Budi Untung, SH., MM. 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Jogjakarta: Andi Yogyakarta.
Silvia Syahraini . Pemetaan Perilaku Mahasiswa Ekonomi Ditinjau dari
Perspektif Etika Teleologi. 2010
Susanti,
Beny. 2008. Modul Kuliah Etika Profesi Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar